MAKALAH
SENI BUDAYA
Kesenian Sendra Tari dan Teater tradisional
Negara Korea.
Dari
:
Kelompok 3
Anggota
:
» Asri Apriliyanti R (sukishiro)
» Anis Ramadhani (sukiroshi)
» Bey Muhammad (yufafu)
» Bunga Avita Putri (yunakorinsu)
» Inda Damayanti (rokotosu)
» Ingeu Siti Nurhaliza (rokorinfana)
» Iqbal Rizaldi (romeyusuka)
» Bey Muhammad (yufafu)
» Bunga Avita Putri (yunakorinsu)
» Inda Damayanti (rokotosu)
» Ingeu Siti Nurhaliza (rokorinfana)
» Iqbal Rizaldi (romeyusuka)
Kelas 9F.
SMPN 3
PURWAKARTA
Kami
memprsembahkan (ง'̀⌣'́)ง
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatakan Ke
Hadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat serta Hidayah - Nya, penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan.
Adapun tujuan daripada pembuatan makalah ini selain
untuk memenuhi tugas mata pelajaran Seni Budaya di sekolah SMP N 3 Purwakarta ,
juga untuk berbagi informasi berkaitan tentang Seni Tari dan Seni Teater
tradisional Kora.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada beberapa pihak yang sudah mendukung dalam penyusunan makalah ini. Pihak
- pihak tersebut adalah:
- Orang tua yang telah mendukung penulis baik
secara materil maupun secara moril.
- Guru yang sudah memberikan bimbingan kepada
penulis dalam menyusun makalah.
- Juga anggota kelompok lainnya dalam mencari isi
dari makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa
"Tak Ada Gading yang Tak Retak". Sehingga saran dan kritik sangat
dibutuhkan penulis dalam penyusunan makalah yang mendatang.
Purwakarta, 21 November 2012
penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Tarian tradisional Korea (한국 무용; Hanguk Muyong) adalah bentuk seni tari yang berasal dari kebudayaan
masyarakat Korea. Tarian tradisional Korea dibedakan menjadi 2 buah
kategori, yakni tarian istana dan tarian rakyat. Teks sejarah menuliskan
tentang kegemaran rakyat Korea kuno menari dan menyanyi berhari-hari,
bermalam-malam sebagai bagian dari ritual pemujaan kepada dewa-dewa. Mereka juga
menari untuk mengekspresikan jiwa (sin) dan kegembiraan (heung).
1.2
Rumusan masalah
a.
Jenis dan macam tarian
tradisional Korea
·
Seungmu (僧舞; 승무)
· Salpuri
· Buchaechum
·
Hahoe Byeolsingut Talnori atau Hahoe Byeolsandae Nori (하회별신굿탈놀이)
· Bongsan Talchum atau tari topeng
Bongsan (봉산탈춤)
·
Saja noreum (사자놀음; "permainan singa"), sajachum, sajamu
("tarian singa")
· Cheoyongmu atau Tari Choyeong
· Gainjeonmokdan (kainʨʌmoktan)
· Ganggangsullae atau Ganggangsuwollae
· Seonyurak ("tari pesta di atas
perahu")
· Taekkyeon
· Taepyeongmu (태평무; translasi literal "tari perdamaian agung")
a.
Jenis dan macam teater
tradisional Korea
·
Jeongdong Theater
· Deotboegi
· Deolmi
2.
Pembahasan
1.3 tujuan
Adapaun tujuan daripada penyusunan makalah
ini adalah untuk mengumpulkan hasil tugas kelompok kami kepada guru.
1.4 Metode
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan
makalah adalah studi literatur.
1.5 Kegunaan
Adapun kegunaan daripada penyusunan makalah ini
adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang jenis juga penjelasan
dari tarian dan teater dari Negara Korea.
1.6 Sistematika
Sistematika penulisan yang
dilakukan oleh penulis diantaranya:
a.
Menentukan topik
Pertama
penulis menenetukan topik. Setelah berpikir, maka diputuskan topiknya tentang
pranata sosial.
b.
Mengumpulkan data
Setelah ditentukan topik, lalu penulis
mengumpulkan data buku tentang pranata sosial.
c. Menyusun data
pulkan datanya, baru data tersebut dipilah dan
dipilih untuk kemudian disusun.
d. Melaporkan
Setelah disusun, baru dilaporkan dalam bentuk
makalah.
1.4
Jenis dan macam tarian
tradisional Korea
1. Seungmu (僧舞; 승무)
adalah sebuah tarian tradisional Korea yang awalnya
ditarikan oleh biksu.
Tarian ini dimasukkan ke dalam daftar Warisan Budaya Nonbendawi Korea
Selatan nomor 27 pada tahun 1969. Asal usul tari ini adalah Beopgo-chum (tari memukul
beduk) pada masa Dinasti Joseon (1392-1910). Pada perkembangannya
beopgo-chum dikembangkan oleh gisaeng menjadi seungmu yang dikenal sekarang ini. Tari ini
diiringi oleh permainan musik Buddhis dengan 8 buah repertoar, yaitu yeombul,
dodeuri, taryeong, jajin taryeong, gutgeori, dwit
gutgeori, gujeong nori, dan saesanjo. Banyak orang Korea
menganggap bahwa Seungmu adalah salah satu tarian rakyat yang paling indah dan rumit
gerakannya. Keindahan tarian ini terlihat dari gerakan gemulai sang penari yang
menggunakan selendang putih panjang dan kemudian memukul beduk. Ekspresi wajah
berbeda-beda pada setiap bagian. Penari Seungmu memakai tudung putih yang
disebut gokkal dengan lengan baju yang panjang yang disebut gasa.
2. Salpuri
adalah tarian rakyat Korea yang bermakna
"mengusir arwah jahat, setan dan kesialan". Salpuri termasuk dalam
kategori heoteunchum, yakni tarian impromptu yang ditampilkan dengan
gaya yang tidak ditentukan. Heoteunchum menjadi pola dasar tari-tarian
tradisional Korea yang bersifat improvisasi, yang ditandai dengan gerakan
mengangkat bahu dan menggerakan tangan mengikuti musik. Tari salpuri bercirikhas
sederhana karena penarinya, baik wanita atau pria dapat mengenakan hanbok sehari-hari,
biasanya berwarna putih dan dilengkapi selendang di tangan. Penari melambaikan
selendang putih panjang dari sutera dengan memfokuskan gerakan pada tubuh
bagian atas sementara gerakan kaki terkontrol dan tenang. Selendang yang
dikibaskan ke udara melambangkan si penari sedang mengendalikan kesakitan dalam
jiwa ("han"). Lagu yang mengiringi salpuri dinamakan nyanyian
salpuri dan musiknya dinamakan sinawi. Tiga daerah di Korea memiliki variasi salpuri yang
berbeda-beda antara lain versi Gyeonggi, Jeolla dan Gyeongsang.
3. Buchaechum
adalah salah satu tarian tradisional dari Korea yang paling
terkenal, biasanya dipentaskan oleh sekelompok wanita. Tarian ini adalah kreasi
baru, yang diciptakan oleh penari Kim Baek-Bong pada tahun 1954. Para penari
menari menggunakan kipas yang berhiaskan bunga peony dan mengenakan hanbok yang
berwarna mencolok.
4. Hahoe Byeolsingut Talnori atau Hahoe
Byeolsandae Nori (하회별신굿탈놀이)
adalah sendratari topeng (talchum) yang
berasal dari Kampung Hahoe, Andong, propinsi Gyeongsang Selatan, Korea
Selatan Pertunjukkan ini diadakan dalam gut
untuk dewa pelindung
kampung yang diundang untuk berkunjung pada waktu perayaan bulan purnama pertama. Topeng untuk sendratari
Hahoe Byeolsingut Tal-nori dinamakan topeng Hahoe, yang dibuat dari kayu alder yang telah dikeringkan secara
seksama. Keunikan topeng Hahoe adalah bagian dagu yang terpisah dari
wajah walaupun
tidak dikerjakan dalam potongan yang terpisah Bagian dagu disambungkan dengan
tali sehingga dapat bergerak ke atas dan ke bawah.
5.
Bongsan
Talchum atau tari topeng Bongsan (봉산탈춤)
adalah sebuah pertunjukkan talchum yang
berasal dari Korea.
Kesenian ini berkembang sejak abad ke-18 di wilayah propinsi Hwanghae, Korea
bagian utara dan dalam perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai jenis
kesenian dari daerah-daerah lain di Korea. Kesenian ini mencapai masa
kejayaannya pada abad ke-20 dimana dipentaskan di berbagai acara penting
seperti ulang
tahun, pengangkatan bupati baru dan kunjungan utusan asing Biasanya kesenian ini dimainkan pada saat
hari besar seperti hari Dano setiap tanggal 5 bulan ke-5 kalender
Imlek. Pada tahun 1915, Bongsan talchum dipentaskan di Sariwon ketika kantor administrasi
kotapraja dipindahkan ke sana dan jalur kereta api Seoul-Sinuiju dibuka. Pada saat itu, tari
singa (sajachum)
mulai dimasukkan dalam pementasan Bongsan talchum.
6. Saja noreum (사자놀음;
"permainan singa"), sajachum,
sajamu ("tarian
singa")
adalah jenis talchum yang menampilkan tarian singa
tradisional Korea.
Dua orang mengenakan topeng dan badan yang meniru singa lalu menari
mengiringi musik.
Saja noreum seringkali dimainkan pada hari raya seperti Daeboreum.
Tradisinya, pada masa lalu pertunjukkan ini ditampilkan untuk mengusir arwah jahat dari
rumah-rumah dan desa.
Di beberapa daerah saja noreum dinamakan saja nori atau juji noreum
yang maknanya sama. Beberapa jenis tari topeng menampilkan saja noreum antara
lain Bongsan Talchum dan Eunyul Talchum.
Pementasan tari singa yang paling populer adalah Bukcheong saja noreum
yang berasal dari kabupaten Bukcheong, Propinsi Hamgyeong Selatan (sekarang di Korea Utara),
namun di Korea Selatan merupakan Warisan Budaya Nonbendawi Korea
yang dilindungi sejak tahun 1967.
7. Cheoyongmu atau Tari Choyeong
adalah sebuah tari topeng
tradisional dari Korea.
Cheoyongmu termasuk salah satu tarian
Korea yang paling tua, dan biasanya dipentaskan di istana pada zaman
dahulu sebagai bagian dari ritual menolak bala atau mengusir arwah jahat serta
memohon berkat dan kesejahteraan dari dewa. Tarian ini bermula dari zaman
kerajaan Silla Bersatu dan masih bertahan sampai saat ini Tari
Cheoyong menjadi aset budaya Korea yang terdaftar dalam Karya Agung
Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia UNESCO pada tahun
2009.
Tari Cheoyong bermula
dari legenda pada zaman Silla Bersatu, tepatnya pada tahun ke-49 masa
pemerintahan Raja Heongang (bertahta 875-886). Suatu hari
sang raja sedang berpergian ke pesisir timur Gaeunpo di luar ibukota, namun
tiba-tiba cuaca berubah mendung dan berkabut. Raja Heongang merasa bahwa hal
ini disebabkan ulah raja
naga laut timur,
sehingga ia memerintahkan pengikutnya membangun kuil untuk menyenangkan sang
raja naga. Setelah kuil tersebut selesai didirikan, cuaca buruk segera
menghilang dan raja naga beserta ke-7 orang putranya muncul dari laut dan
menari. Salah seorang daripada putra raja naga yang bernama Cheoyong, menjelma
menjadi manusia dan bersedia mengabdi kepada raja di istana. Cheoyong menikahi
seorang wanita cantik dan hidup di lingkungan manusia. Pada suatu hari saat
Cheoyong pulang ke rumah, istrinya diserang oleh jin jahat yang
menyebabkannya menderita penyakit cacar. Cheoyong melawan dengan cara menari dan menyanyi,
sehingga jin tersebut kalah dan menyerah, namun karena Cheoyong memiliki sifat
yang baik hati, maka ia mengampuninya dan membiarkannya pergi. Setelah itu
hilanglah penyakit cacar dari istrinya. Gambaran Cheoyong yang berhasil
mengusir arwah jahat membuat orang-orang Korea pada zaman dahulu mulai mengenal
Cheoyong sebagai orang yang sakti, sehingga menginspirasikan sebuah tarian yang
bermakna ritual yang dapat menghalau arwah jahat.
8. Gainjeonmokdan (kainʨʌmoktan)
adalah tarian istana Korea (jeongjae 정재) yang berarti orang-orang cantik yang memetik bunga peoni.
Tarian ini awalnya diciptakan oleh Hyomyeong Seja (Putra Mahkota Hyomyeong) pada tahun 1829 untuk menyenangkan
hati ayahnya, Raja Sunjo. Gainjeonmokdan tertulis pertama
kali dalam Mujajinjak uiqwe (무자진작의궤)
tahun 1828. Dalam
pertunjukkannya, bunga peoni dalam vas besar di tengah panggung. Lalu para
penari akan memetik bunganya satu per satu dan menari dalam gerakan yang lemah
gemulai.
9. Ganggangsullae atau Ganggangsuwollae
adalah sebuah tarian
tradisional dari Provinsi Jeolla
Selatan, Korea Selatan. Ganggangsullae yang disebut juga tarian
melingkar adalah tarian yang khusus dipentaskan oleh kaum wanita dengan
saling berpegangan tangan membentuk lingkaran dan
menyanyi. Tarian ini
biasanya dipentaskan pada saat perayaan-perayaan hari raya seperti Jeongwol Daeboreum dan Chuseok di bawah
sinar bulan
purnama untuk memohon keberkatan dan panen yang melimpah.
Tarian ini merupakan Warisan Budaya Nonbendawi Korea
Selatan Nomor 8 tahun 1966 dan juga diakui UNESCO sebagai Karya Agung
Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia pada tahun 2009.
Sejarah
Tradisi menarikan tarian Ganggangsullae sudah ada sejak lama.
Pada masa lalu orang Korea menampilkannya sebagai bagian dari ritual
untuk memohon panen yang baik dan berlimpah dari dewa.Tarian ini pernah
digunakan oleh Laksamana Yi Sun-sin sebagai taktik untuk mengalahkan
tentara Jepang
yang menyerbu Korea
pada masa Perang Imjin. Karena jumlah pasukan Joseon
sangat kecil dibanding jumlah musuh, Laksamana Yi menyuruh kaum wanita untuk
mengenakan seragam militer dan menarikan Ganggangsullae di atas pegunungan
selama bermalam-malam. Saat tentara Jepang menyaksikan mereka dari kejauhan,
mereka terkejut karena mengira Joseon memiliki jumlah tentara yang sangat
banyak, dan mereka pun mundur. Keberanian para wanita dan taktik militer
Laksamana Yi tertuang dalam gerakan tari Ganggangsullae.
Gerakan
Biasanya ditarikan pada saat hari-hari besar seperti hari Chuseok, kaum
wanita tua dan muda berkumpul dan membentuk lingkaran, saling berpegangan
tangan dan menyanyi di bawah sinar bulan purnama. Wanita dengan suara yang
paling merdu menyanyi pertama kali dan diikuti oleh penari lain. Mereka
menyanyikan lirik lagu Ganggangsullae yang menceritakan tentang kehidupan rakyat di desa dalam mengerjakan
aktivitasnya sehari-hari, seperti mengerjakan sawah, mencari ikan, menganyam, memasang genting dan
sebagainya. Nama Ganggangsullae itu sendiri berasal dari lirik yang dinyanyikan
berulang-ulang dari lagunya walaupun arti itu sebenarnya tidak diketahui.
Tarian ini menggambarkan harmoni, persamaan dan persahabatan antar kaum wanita
serta sebagai ekspresi kebebasan dan kegembiraan mereka. Pada awalnya gerakan
tari mulai secara perlahan dan lama kelamaan menjadi semakin cepat sehingga
tampak terlihat berlari dalam lingkaran.
adalah tarian tradisional dari Korea yang
dipentaskan di istana. Mugo disebut juga dengan tarian genderang serta memiliki
versi lain yang dipentaskan dalam ritual tarian perang Seungjeonmu.
Asal
Bukti-bukti menunjukkan bahwa Mugo telah muncul sejak zaman
kerajaan Goguryeo
pada abad ke-5 Masehi. Hal itu dilihat dari sisa-sisa situs kuburan tua
Goguryeo yang banyak tersebar di wilayah Tiongkok timur
laut dan sebelah utara semenanjung Korea. Dari kuburan tua tersebut
ditemukan lukisan-lukisan dinding yang menggambarkan kehdupan bangsa Korea pada
masa itu, termasuk lukisan tarian yang mirip dengan ciri-ciri tarian Mugo,
yaitu adanya persamaan kostum tarian yang berlengan panjang. Lukisan dinding
ini dinamakan Gamudo. Tarian Mugo dikembangkan pada masa kerajaan Goryeo dan akhirnya
diwariskan ke Dinasti Joseon dan tetap dilestarikan sampai saat
ini.
Bentuk
Tarian ini ditarikan 8 orang penari dengan perlengkapan utama
genderang di tengah-tengah. Penari utama terdiri dari 4 orang yang disebut wonmu,
dan diikuti 4 penari pembantu atau hyeopmu. Mereka memakai pakaian
khusus yang memiliki lengan yang panjang dan berwarna-warni; hitam
(melambangkan arah utara), merah (melambangkan arah selatan), biru (timur) dan
putih (barat). Wonmu dan hyeopmu memegang pemukul genderang di setiap tangan.
Tarian ini diiringi repertoar musik istana Korea Dongdongok dan Muaegok.
11.
Seonyurak ("tari pesta di atas perahu")
adalah tarian istana Korea yang berasal dari zaman
kerajaan Silla
yang menceritakan tentang pesta para bangsawan di
atas perahu.Pada
masa Silla dan Goryeo, tarian ini
ditampilkan pada festival-festival besar seperti Palgwanhoe.
Namun pada masa Dinasti Joseon, tarian ini punah dan tak pernah
dipentaskan lagi. Baru pada saat Raja
Sunjo berkuasa, putranya yang bernama Pangeran
Hyomyeong merekonstruksi kembali tari ini dan mengkomposisikannya menjadi
tarian istana yang bersifat formal. Saat Raja Gojong berkuasa, tari ini telah
ditampilkan di setiap perayaan dan pesta-pesta istana.Tari ini ditampilkan oleh
sekelompok penari yang berperan sebagai gisaeng. Mereka
menarik perahu yang berwarna meriah sambil bernyanyi iseon-ga dan eobusa.
Dua orang penari berperan sebagai prajurit berkostum merah dan topi bulu
berdiri di depan untuk meneriakkan aba-aba. Musik militer (chwita) yang
jarang dimainkan dalam perayaan istana menjadi musik pembuka tarian. Gong yang
dipukul 3 kali menjadi penanda kapal akan segera "berlayar". Dua
orang gisaeng di haluan dan buritan masing-masing memegang layar dan jangkar. Para
penari lain yang berada di sisi kapal, menari sambil menarik tali yang
ditambatkan di atas layar. Seonyurak adalah tarian istana Korea paling
meriah, dari segi banyaknya penari, permainan musik militer dan lirik-lirik
yang menceritakan aktivitas nelayan dalam 12 bulan setahun.
12. Taekkyeon
adalah sebuah seni bela diri
tradisional yang berasal dari Korea. Taekkyeon yang mempunyai gerakan seperti orang menari
dianggap sebagai cikal bakal beladiri taekwondo
moderen serta merupakan salah satu olahraga yang tertua di Korea. Lukisan
dinding kerajaan Goguryeo yang tergambar di situs Makam Samsil memperlihatkan
masyarakat Korea sudah mempraktikkan taekkyeon sejak zaman Goguryeo. Seni bela
diri ini kemudian dimainkan di dalam masyarakat Silla. Rekaman
tertulis yang menuliskan catatan pertama mengenai taekkyeon adalah buku.
Manmulmo atau Jaemulmo yang ditulis tahun 1790 oleh Lee Sung-ji pada masa Dinasti
Joseon. Taekkyeon pada awalnya merupkan pecahan daripada cabang beladiri
lain yakni Subak. Walau sejarah
awalnya kurang diketahui, taekkyeon masih dimainkan sampai sekarang. Pada akhir
abad ke-19, hanya terdapat satu-satunya kompetisi taekkyeon yang diadakan tiap
tahunnya di Korea. Pada zaman keemasannya, taekkyeon bahkan digemari oleh raja
dan banyak kompetisi yang diselenggarakan. Namun, pada akhirnya olahraga ini
dibatasi dikarenakan di setiap kompetisinya diikuti oleh perjudian pada saat
itu. Pada masa penjajahan Jepang, taekkyeon dilarang dimainkan. Semenjak
didaftarkan ke dalam Warisan Budaya Nonbendawi Korea
Selatan No.76 pada tanggal 1 Juni 1983, taekkyeon mulai mengalami
kebangkitan kembali.
13.
Taepyeongmu (태평무; translasi literal
"tari perdamaian agung")
adalah tari Korea yang melambangkan
hasrat perdamaian bagi seluruh negeri. Asal-usulnya tari ini tidak diketahui
secara jelas. Namun pada awal abad ke-20, penari dan pemain dram bernama Hahn Seongjun (hangul: 한성준; hanja: 韓成俊; 1875-1941) diketahui menata
ulang koreografi tarian ini. Taepyeongmu telah ditetapkan sebagai salah
satu Warisan Budaya Nonbendawi Korea
Selatan. Menurut salah satu dari tiga perkiraan yang ada tentang asal-usul
tarian ini, Taepyeongmu berasal dari tari istana yang kadang-kadang
ditarikan raja-raja dinasti Joseon. Penari mengenakan kostum gwanbok seperti
halnya pakaian yang dikenakan raja dan ratu kerajaan Korea.
1.5
jenis dan macam teater Korea
1. Jeongdong Theater
adalah
salah satu tempat terbaik untuk mengalami semangat seni tradisional Korea.
Empat pertunjukan tradisional teratur dalam tarian, pungmul, vokal, dan
instrumen musik didirikan pada tahun 1997 di teater untuk menyajikan berbagai
jenis pertunjukan musik dari pengadilan untuk lagu-lagu rakyat. Ini tari dan
musik berwarna-warni kacamata yang dilakukan oleh seniman mengenakan kostum
tradisional yang telah dihormati dengan judul aset budaya manusia. Setiap
program dapat sedikit berubah tanpa pemberitahuan, jadi memeriksa jadwal di
website sebelum pertunjukan. Teater menyediakan sub judul bahasa Inggris dan
Jepang dan menawarkan layanan antar-jemput bus gratis dari hotel-hotel besar di
pusat kota Seoul. Seni pertunjukan tradisional di Jeongdong Theater telah
memperoleh aklamasi dari wisatawan asing selama bertahun-tahun dan dianugerahi
sebagai objek turis Terbaik oleh Korea Tourism Organization dan sebagai salah
satu dari Sepuluh Must-See Atraksi oleh Pemerintah Metropolitan Seoul pada
tahun 2000.
Genre perwakilan empat tari tradisional, seni pungmul, instrumental, dan vokal termasuk dalam tujuh sesi dalam dua program yang secara berkala diperbarui.
Genre perwakilan empat tari tradisional, seni pungmul, instrumental, dan vokal termasuk dalam tujuh sesi dalam dua program yang secara berkala diperbarui.
2. Deotboegi
adalah drama tari topeng
yang ditampilkan oleh kelompok Namsadang khusus untuk menarik minat dan perhatian
dari penonton lokal, sehingga agak berbeda dibandingkan drama tari topeng
regional yang lebih kuat elemen ritualnya. Dialog dan pementasan yang
ditampilkan berisikan lawakan dan lakon konflik antara
kaum bangsawan
dan rakyat jelata yang terdiri
dari 4 episode.
3.
Deolmi
adalah permainan wayang boneka Kelompok
Namsadang yang namanya berasal dari cara menggerakan deolmi (tengkuk) boneka. Pada zaman
dahulu permainan wayang yang populer adalah kkokdugaksi noreum, bakcheomji noreum,
dan hongdongji noreum.
Namun pada saat ini hanya kkokdugaksi noreum yang masih dimainkan. Tema
yang dimainkan umumnya adalah mengenai penyalahgunaan kekuasaan oleh pemimpin
dan perlawanan dari masyarakat, sindiran terhadap biksu Buddha yang
murtad, serta harapan dan aspirasi rakyat jelata. Sekitar 40
buah boneka dimainkan dalam 2 episode yang dibagi kedalam 7 babak yang saling
berkaitan maupun lepas.
4. Changgeuk (창극)
adalah jenis pementasan opera Korea yang berkembang
dari kesenian pansori
(opera tradisional). Jenis opera ini dipengaruhi beberapa aspek opera barat
namun menceritakan cerita rakyat Korea.
Jika pansori dinyanyikan oleh seorang penyanyi, maka dalam changgeuk terdapat
beberapa penyanyi. Changgeuk pertama
kali dipentaskan pada tahun 1903 di Hyeopnyulsa, sebuah teater barat
pertama di Korea
Pementasan pertama changgeuk adalah Kisah
Chunhyang oleh beberapa aktor antara lain Kang Yong-hwan. Pada tahun
1908, sebuah bentuk teatrikal yang membagi peran dan serangkaian adegan
menyanyi dipentaskan di Teater Wongaksa. Pada
tahun 1933, bentuk opera changgeuk semakin kokoh dengan terbentuknya Masyarakat
Musik Vokal Joseon. Panggung yang digunakan dalam pementasan ini
menggunakan panggung teater khas barat.
1.6
kesimpulan
Tarian tradisional korea (민속무용) adalah jenis tarian
Korea yang bersifat ceria dan dipopulerkan oleh rakyat. Tari ini bermula
dari berbagai ritual keagamaan
dan upacara pemujaan kepada dewa-dewa shamanisme
(gut)
serta perayaan-perayaan rakyat. Tarian rakyat yang lahir dari
peristiwa-peristiwa ini dibentuk dan dipelihara oleh masyarakat sebagai hal
yang penting dalam kehidupan mereka, sehingga lama-kelamaan berkembang menjadi
pertunjukkan untuk hiburan dan kesenian Tarian rakyat mengungkapkan emosi rakyat dan
kehidupan yang apa adanya. Rakyat dapat menarikannya secara bebas dan sedikit
batasan dengan latar belakang musik yang bertempo cepat. Tari ini kental pula
dengan unsur Shamanisme dan Buddhisme. Setiap daerah pun mempertahankan ciri khasnya
masing-masing.
Teater/ Drama Korea memiliki asalusul dari ritus-ritus
keagamaan dari masa prasejarah. Satu contoh menarik dari bentuk teater klasik
ini adalah tari topeng Sandaenori, gabungan tari, lagu, serta cerita yang
diselingi oleh sindiran dan lawakan. Meski satu daerah dan lainnya memiliki
sedikit perbedaan dalam hal gaya, dialog dan kostum, bentuk teater ini memiliki
popularitas yang luar biasa di antara masyarakat pedesaan sampai awal abad
ke-20. Pansori dan ritual syamanistik yang dikenal sebagai gut adalah
bentukbentuk lain pertunjukan teater bersifat sakral, yang sangat menarik minat
khalayak ramai. Seluruh bentuk pertunjukan ini masih ditampilkan di Korea
modern, meski tidak terlalu sering. Ada beberapa institusi yang menawarkan
berbagai macam seni pertunjukan pada satu tempat, salah satu contohnya adalah
Teater Jeong-dong di pusat kota Seoul. Teater ini menampilkan serangkaian seni
pertunjukan tradisional, drama, serta musik.
menurut saya kesalahannya sangat banyak
BalasHapusjadi harus di revisi ulang jangan asal post sembarangan kamu mau tidak lulus cepat revisi ulang
kesalahannya dimananya ya kak?
Hapussoalnya Saya penasaran.
trimakasih sarannya. jika boleh saya tau kesalahannya apa saja ya?
BalasHapuscontohnya dimananya ? maaf saya waktu itu membuat makalah ini saaat saya SMP, baru belajar juga membuat makalah. harap maklum yah. terimakasih juga masukannya ;)
BalasHapus