web widgets

Minggu, 10 Maret 2019

Bagaimana menyelesaikan soal matematika berdasarkan langkah-langkah pendekatan tertentu ♡



MENJELASKAN LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN MENGAJAR MELALUI PENYELESAIAN SOAL

Anita Riyani, Dinda Ayu Puteri, Dwi Wulandari, Inda Damayanti, Rizky Alin Zulfa, Siti Restu Hardiyanti, dan Sholihatun

Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Purwakarta

Abstrak
Pembelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran pada tingkat pendidikan yang hanya diminati oleh sebagian siswa terutama pada tingkat sekolah dasar. Diperlukannya daya nalar dan berpikir kritis yang tinggi, menjadikan pembelajaran matematika dianggap sulit untuk dipahami. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu solusi untuk menghilangkan berbagai anggapan tersebut dan merubahnya, bahwa belajar matematika itu mudah. Ada banyak sekali macam pendekatan yang dapat digunakan oleh guru sebagai fasilitator terutama dalam pembelajaran matematika. Penggunaan berbagai macam pendekatan ini  dapat mempermudah guru dalam memperjelas penyampaian materi dan mempermudah siswa untuk memahami materi yang disampaikan. Pendekatan yang cocok dan dapat diterapkan pada tingkat sekolah dasar dalam pembelajaran matematika adalah pendekatan inkuiri, pendekatan open ended, dan pendekatan CTL. Pendekatan tersebut disesuaikan dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang realistik dan daya pikir kritis yang tinggi sehingga akan tercipta pembelajaran matematika yang efektif dan efisien.

Kata kunci: pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, Pendekatan Inkuiri, Pendekatan Open Ended, Pendekatan CTL


Pendahuluan
Matematika adalah ilmu yang penting untuk dipelajari, karena matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari kehidupan manusia. Matematika sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan untuk kita dapat memahami konsep yang ada dalam matematika melalui pembelajaran matematika sebagai salah satu bidang studi, khususnya di jenjang Sekolah Dasar. Namun dalam pembelajarannya matematika membutuhkan daya nalar yang tinggi dan berpikir kritis, karena dalam prosesnya disajikan berbagai macam masalah yang harus diselesaikan. Bagi sebagian siswa sekolah dasar, pelajaran matematika menjadi salah satu pelajaran yang tidak diminati. Ada banyak faktor yang menyebabkan hal itu, di antaranya siswa yang tidak fokus saat pembelajaran berlangsung atau dapat disebabkan karena kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi tersebut. Guru yang kurang mengasah daya pikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika dapat mempengaruhi semangat belajar siswa, terlebih jika guru yang lebih mendominasi daripada siswa yang aktif dalam proses pembelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan solusi dalam menyelesaikan masalah pada pembelajaran matematika, salah satunya dengan menggunakan pendekatan dalam pembelajaran yang hendak disajikan, seperti pendekatan inquiry, pendekatan open ended, dan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). Karena dengan adanya pendekatan dalam pembelajaran matematika dapat mempermudah dalam memahami materi ajar ataupun dalam menyelesaikan soal. Penggunaan pendekatan menjadi jalan yang ditempuh oleh seorang guru dan siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pendekatan dalam pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran dan pendekatan ini sebagai penjelas untuk mempermudah guru memberikan pembelajaran dan juga mempermudah siswa untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru terutama dalam pelajaran matematika.
Penggunaan pendekatan inquiry, pendekatan open ended, dan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran matematika dapat mempermudah guru maupun siswa dalam penyelesaian masalah matematika. Karena permasalahan matematika berupa soal-soal selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, dan ketiga pendekatan tersebut sangat cocok untuk digunakan dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam matematika. Karakter siswa sekolah dasar yang realistik dan daya pikir kritis yang tinggi dapat difasilitasi dengan penggunakan pendekatan-pendekatan tersebut sehingga pembelajaran matematika baik di dalam ataupun di luar kelas dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

Kajian Teoretik
Pengertian Pendekatan Inkuiri
Model inkuiri didefinisikan oleh Sund dan Trowbridge (dalam laman Restu Desriyanti, 2017) sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.
Hamalik (2001:63) mengemukakan bahwa pembelajaran berdasarkan inkuiri (inkuiri based teaching) adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dibawa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digaruskan secara jelas.
Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Langkah-langkah dalam Inkuiri
Dalam proses inkuiri siswa dituntut untung bertanggung jawab penuh terhadap proses belajarnya, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Adapun langkah-langkah yang perlu diikuti dalam pembelajaran inkuiri menurut Juauhar dalam (Skripsi Erna Sulistiyani, 2016) adalah sebagai berikut: 1) Orientasi, pada tahap ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran; 2) Merumuskan masalah, merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berfikir memecahkan teka-teki tersebut; 3) Merumuskan hipotesis, guru melakukan  pengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permaslahan yang dikaji; 4) Mengumpulkan data, merupakan aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan; 5) Menguji hipotesis, yaitu proses menentukan informasi yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data, yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan; dan 6) Merumuskan kesimpulan, yaitu mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Pengertian Pendekatan Open Ended
Pembelajaran terbuka atau yang sering dikenal dengan istilah open ended merupakan proses pembelajaran yang di dalamnya tujuan dan keinginan individu/siswa dibangun dan dicapai secara terbuka (Hannafin, dalam Huda, 1994: 144). Tidak hanya tujuan, open ended juga bisa merujuk pada cara-cara untuk mencapai maksud pembelajaran itu sendiri (Hannafin dalam Huda, 1999:278).
Open ended adalah suatu model pembelajaran yang diformulasikan memiliki multijawaban (mempunyai beberapa penyelesaian) atau sering disebut juga problem tak lengkap atau problem terbuka. Pembelajaran dengan pendekatan open ended biasanya dimulai dengan memberikan problem terbuka pada siswa dan selanjutnya kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin juga jawaban (yang benar) sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menentukan sesuatu yang baru. (Suherman. 2003: 123)
Pembelajaran dengan open ended merupakan pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan masalah dengan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi, interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. (Kusmaryono. 2013 : 77) . Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan dan sosialisasi. Peserta didik dituntut untuk menjelaskan cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban peserta didik yang beragam. Selanjutnya peserta didik juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban terssebut. Dengan demikian, model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpaduan, keterbukaan, dan ragam berpikir. Problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga problem open ended atau problem terbuka. Peserta didik dihadapkan dengan problem open ended tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya ada satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak. Sifat “keterbukaan” dari problem itu dikatakan hilang apabila guru hanya mengajukan satu alternatif cara dalam menjawab permasalahan
Tujuan dari model pembelajaran open ended menurut Nohda ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Hal yang dapat digarisbawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk berpikir bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya sehingga aktivitas kelas penuh dengan ide-ide dan akan memacu kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa berupa kemampuan berpikir kritis. (Suherman. 2003: 124)
Langkah-langkah dalam Open Ended
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melaksanakan Pendekatan Open Ended menurut Suherman (2003: 124) adalah sebagai berikut: 1) Menghadapkan siswa pada problem terbuka Kegiatan ini dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa dan memberi kesempatan untuk melakukan segala sesuatu secara bebas dengan menekankan pada bagaimana siswa sampai pada sebuah solusi; 2) Membimbing siswa untuk menemukan pola dalam mengkonstruksi permasalahannya sendiri Pada langkah ini siswa dibimbing dan diarahkan untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan sehingga diharapkan siswa dapat menemukan sebuah pola untuk menyelesaikannya; 3) Membiarkan siswa memecahkan masalah dengan berbagai penyelesaian dan jawaban yang beragam Siswa diberikan kebebasan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan berbagai macam cara atau strategi dengan jawaban yang beragam sehingga diharapkan dapat melatih dan memunculkan sikap berpikir kritis siswa dengan penuh ide-ide dan gagasan-gagasan; dan 4) Meminta siswa untuk menyajikan hasil temuannya. Langkah yang terakhir yaitu siswa diminta untuk menyajikan hasil temuannya berupa berbagai macam strategi atau cara yang didapatkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan.
Pengertian Pendekatan CTL (Contectual Teaching Learning)
Pendekatan pembelajaran adalah orientasi, arah pandang atau cara pandang pendidik dan peserta didik terhadap pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan, Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti ”hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks)’’.
Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata. Hal itu, mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu: konstrutivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), komunitas belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment), ( Aqib, 2015).
Menurut Jhonson (dalam Jurnal Depi Adela Sari, 2018: 110)  yang mendefinisikan pembelajaran kontekstual (CTL) sebagai berikut: Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks pribadi, sosial dan budaya mereka.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan sebuah strategi pembelajaran yang dianggap tepat untuk saat ini karena materi yang diajarkan oleh guru selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, materi yang disajikan guru akan lebih bermakna. Siswa akan menjadi peserta aktif dan membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan mereka.

Langkah-langkah dalam CTL (Contectual Teaching Learning)
Trianto (dalam Ramli Sitorus, 2012: 57) menyatakan bahwa penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topic yang diajarkan; 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan; 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dsb); 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran; 6) Lakukan refleksi di setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan; dan 7) Lakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya dengan berbagai cara pada setiap siswa.

Pembahasan
Penyelesaian Soal dengan Inkuiri
Pendekatan Inkuiri bisa menjadi salah satu cara penyelesaian soal dalam berbagai tipe soal matematika, yang pastinya dengan mengikuti langkah-langkah yang ada pada pendekatan inkuiri. Dimulai dari guru yang memberikan permasalahan yang kemudian ditelaah lebih dalam oleh siswa hingga pada akhirnya menyimpulkan bersama.
Salah satu contohnya yaitu pada penyelesaian soal pecahan matematika berikut ini:
Ibu mempunyai persediaan 2/10  kg tepung terigu, dan 1/2 kg gula pasir. Karena Dora dan teman-temannya ingin roti buatan Ibu, maka Ibu membuatkannya. Ibu membutuhkan 1 kg tepung terigu, dan 1/2 kg gula pasir. Ibu menyuruh Dora dan teman-temannya untuk membeli bahan-bahan tersebut dan temukan kekurangan setiap bahan yang dibutuhkan !

Gambar 1. Untuk kelompok 1

Gambar 2. Untuk kelompok 2

Langkah penyelesaian soal tersebut dengan menggunakan Pendekatan Inkuiri dapat dimulai dari langkah 1) Orientasi, dimana guru membagi siswa menjadi dua kelmpok dan memberikan acuan dalam penyelesaian soal. Dimana kelompok 1: memecahkan masalah dengan menggunakan operasi hitung penjumlahan pecahan, dan kelompok 2: memecahkan masalah dengan menggunakan operasi hitung pengurangan pecahan. Kemudian langkah ke 2) merumuskan masalah, dimana Kelompok 1 dan Kelompok 2 menempuh jalan yang sama untuk sampai rumah yaitu dengan melewati gua dan bukit. Pada tahap ke 3) merumuskan hipotesis, Setiap kelompok membuat hipotesis dengan memilih di antara dua pilihan pecahan yang dapat memenuhi target bahan yang dibutuhkan Ibu; 4) mengumpulkan data, Setiap kelompok mulai mengoreksi jawaban yang dipilih. Yaitu dengan menggunakan beberapa cara, seperti mengubah semua bentuk pecahan dari satuan kg menjadi gr untuk memudahkan menghitung, ataupun dengan menyamakan penyebut setiap pecahan yang penyebutnya tidak sama dengan menggunakan cara KPK (Kelipatan Persekutuan terKecil); 5) menguji hipotesis, setelah menemukan jawaban yang tepat untuk memenuhi target, setiap kelompok menyelesaikan tahapan akhir pada LKS yaitu mengisi titik-titik penjumlahan; dan terakhir 6) merumuskan kesimpulan, dimana setiap kelompok dapat merumuskan kesimpulan bahwa pada kelompok 1, 1 kg dapat tersusun menjadi beberapa pecahan ( 1 kg = 2/10 kg + 1/2  kg + 3/10  kg ) dan kelompok 2, 1/2 kg dapat tersusun dari beberapa pecahan ( 1/( 2) kg = 1/10 kg + 1/4  kg + 3/20  kg )
Penyelesaian Soal dengan Open Ended
Pendekatan Open Ended dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam menyelesaikan soal matematika. Dimulai dari guru yang memberikan soal berupa problem terbuka dengan jawaban yang sudah diketahui pada soal. Lalu peserta didik diminta untuk mendapatkan bagaimana penyelesaian soal dengan berbagai cara yang berbeda, sehingga mendapatkan hasil yang sama dengan yang ada pada soal, dan pada akhirnya akhirnya peserta didik mampu menyajikan hasil temuannya. Seperti soal berikut ini:

Seekor sapi beratnya 360 Kg, berapa ekor kambing yang kamu perlukan agar jumlah semua berat badannya sama dengan berat badan sapi itu ?

Pada soal ini masalah dirumuskan sedemikian rupa sehingga menuntut siswa untuk melakukan investigasi konteks, sebab tidak semua informasi diberikan secara eksplisit. Karena berat badan masing-masing kambing tidak diketahui, maka dalam penyelesaian masalahnya diperlukan kemampuan berpikir divergen, kritis dan kreatif untuk membuat pengandaian, asumsi dan keputusan matematis yang reasonable. Artinya, anak harus mengambil keputusan, misalnya dengan melakukan pengandaian-pengandaian yang realistik dan masuk akal. Anak harus membuat investigasi dalam menentukan pengandaian yang masuk akal, dan dapat dipertahankan baik nilai logis-matematisnya maupun nilai realitas-kontekstualnya. Misalnya, jika diandaikan bahwa berat badan kambing itu semuanya sama yaitu masing-masing 30 kg.  maka soal dapat dipecahkan dengan beberapa cara berikut ini: 1) cara pertama, siswa dapat memisalkan berat ekor kambing sama dengan 30 kg dan melakukan coba-coba dengan penjumlahan berulang, seperti: 30 + 30 + 30 + …+ 30 = 360 (diperlukan 12 ekor kambing); 2) cara kedua, siswa yang cukup paham dan terampil dengan konsep pembagian, dapat langsung menggunakan algoritma pembagian, seperti: 360 : 30 = 12 (Jadi diperlukan 12 ekor kambing dengan berat badan masing-masing 30 kg); 3) cara ketiga, dimana siswa berpikir lebih divergen, kritis dan kreatif, dengan melakukan pengandaian yang baru saja dibuatnya, yaitu mengandaikan bahwa semua kambing beratnya sama yaitu 30 kg. Namun pengandaian ini hanya masuk akal secara matematis, karena tidak realistis jika mengandaikan semua kambing memiliki berat masing-masing yang sama. Sehingga siswa mengandaikan sekian ekor kambing beratnya masing-masing 30 kg, sementara sekian ekor lainnya beratnya masing-masing 35 kg, atau mungkin juga mengandaikan bahwa semua kambing beratnya berbeda, dan sebagainya; 4) cara keempat, setelah siswa mengkritisi bahwa kurang realistis mengandaikan bahwa semua kambing beratnya sama (30 kg), maka mereka dapat membuat pengandaian-pengandaian lain yang lebih kreatif dan produktif. Seperti misalnya dengan membuat pengandaian yang lebih dekat dengan kenyataan. Seperti: Beberapa kambing beratnya masing-masing 30 kg, dan beberapa kambing lainnya beratnya masing-masing 40 kg. Pengandaian ini akan menghasilkan model matematika yang dapat dituliskan menjadi kalimat matematika terbuka:
30 x + 40 y = 360 , dengan x dan y bilangan bulat positif.
Penyelesaiannya tentu lebih dari satu (sebuah persamaan dengan dua variabel memiliki tak berhingga banyaknya selesaian), namun perlu sekali lagi kemampuan kritis, untuk memilih selesaian-selesaian yang masuk akal, sebab y mempresentasikan banyaknya kambing yang beratnya masing-masing 40 kg. Dengan demikian x, dan y yang masuk akal adalah yang berupa bilangan bulat non negatif. Dan jawaban yang masuk akal adalah x = 4 dan y = 6, atau x = 8 dan y = 3, atau x = 12, dan y =0.; dan 5) cara kelima, dengan menggunakan pengandaian-pengandaian yang lebih kreatif, yaitu  dengan mengandaikan bahwa kambing-kambing tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan berat badannya. Seperti misalnya kelompok I memiliki berat badan sekitar 30 kg, kelompok II sekitar 35, dan kelompok III sekitar 40 kg. Sehingga dapat ditentukan dengan menyelesaikan persamaan matematika dengan 3 variabel x,y,z, yaitu 30 x + 35 y + 40 z = 360.
Jadi, sesuai dengan namanya yaitu open ended, pendekatan ini memberikan kebebasan kepada siswa dalam pengambilan tindakan langkah-langkah penyelesaian yang sesuai dengan tingkat berfikir siswa. Yang pada akhirnya apapun dan bagaimanapun siswa menjawab penyelesaian soal tersebut tidak akan disalahkan oleh guru, melainkan akan dibahas bersama oleh guru dan siswa yang lainnya.
Penyelesaian Soal dengan CTL
Pembelajaran Kontekstual merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga jika dalam penyelesaian soal matematika menggunakan Pendekatan Kontekstual, dapat mempermudah guru dalam mengaitkan soal dengan kegiatan sehari-hari dan membuat pembelajaran lebih menarik serta menyenangkan bagi siswa.
Seperti soal berikut ini:
Di suatu kampung terdapat 2 ibu Rumah tangga yang bertetangga. Yang pertama adalah ibu Tina , Ibu Tina pergi kepasar 6 hari sekali, yang kedua adalah Ibu Heni, Ibu Heni pergi kepasar 8 hari sekali. Pada tanggal 1 maret 2018 merekapun pergi kepasar bersama untuk membeli keperluan rumah tangga.
Untuk dapat menyelesaikan soal tersebut, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang akan memancing jawaban siswa hingga pada akhirnya siswa mampu untuk menyimpulkan sendiri mengenai materi dari soal dari hasil jawaban yang telah ditemukannya. Pertanyaannya terdiri dari:
Berapa hari sekali kah ibu Tina pergi ke Pasar ?
.................................................
Berapa hari sekali kah ibu Heni pergi ke Pasar ?;
.................................................
Tanggal berapakah mereka pergi kepasar bersama ?
.................................................
Kapankah bu Tina dan bu Heni pergi kepasar bersama kembali ?
.................................................
Berapa Faktor Prima dari 6 ?
.................................................
Berapa Faktor Prima dari 8?
................................................
Dengan soal yang lain, seperti:
Beti memiliki teman bermain bernama Ani. Jarak rumah Beti dan Ani cukup jauh, terdapat lapangan bola yang memisahkan rumah Beti dan Ani. Namun hal itu tidak menjadi halangan untuk mereka bermain bersama. Biasanya mereka bermain di tempat ronda atau biasa disebut saung yang berada di samping lapangan. Beti membutuhkan waktu 1/10   jam untuk sampai di saung. Sedangkan Ani hanya membutuhkan 3 menit dari rumahnya untuk sampai di saung. Dan seperti biasanya, sepulang sekolah hari ini mereka akan bermain. Namun saat sebelum Beti pergi, ibu Beti yang sedang memasak meminta tolong pada Beti untuk mengisikan air bak kamar mandi terlebih dahulu. Bak mandi Beti memiliki ukuran panjang 90 cm, lebar 70 cm dan tinggi 80 cm. Sedangkan Ani, sebelum ia pergi, ibu Ani meminta Ani untuk mengisi drum didepan rumahnya yang bervolume 5000 liter untuk ayahnya mencuci motor. Siapakah yang akan menyelesaikan tugas itu lebih awal? Bantulah Beti dan Ani untuk mengetahui berama lama waktu yang dibutuhkan hingga bak dan drum terisi penuh dengan jarak waktu dari rumah hingga saung, sehingga mereka bisa bermain tanpa harus saling menunggu lama satu sama lainnya.
(dalam penyelesaian soal, siswa dibagi menjadi 2 kelompok yang masing-masing melakukan pratikum secara langsung dengan menghitung debit air pada dua wadah penampang yang berbeda ukuran/ volume nya)
Mengukur bak mandi Beti
Bukalah kran sampai maksimal, isilah bak mandi sampai terisi penuh. Jangan lupa saat temanmu menyalakan kran, teman yang lain menyalakan stopwatt sampai air pada bak penuh!
Lama waktu yang diperlukan untuk mengisi bak sampai penuh
..............................................................................................
Dari data yang diketahui, bak mandi Beti memiliki volume
.............................................................................................
Sejauh ini, apa saja yang telah ditemukan?
.............................................................................................
Bandingkanlah volume dengan waktu yang sudah ditemukan dengan rumus debit air
............................................................................................................................................
Berapa lama waktu yang dibutuhkan Beti hingga sampai di saung
.......................................................................................................

Mengukur drum air Ani
Bukalah kran sampai maksimal, isilah bak mandi sampai terisi penuh. Jangan lupa saat temanmu menyalakan kran, teman yang lain menyalakan stopwatt sampai air pada bak penuh!
Lama waktu yang diperlukan untuk mengisi drum air sampai penuh
.......................................................................................................
Dari data yang diketahui, drum air Ani memiliki volume
.......................................................................................................
Sejauh ini, apa saja yang telah ditemukan?
........................................................................................................
Bandingkanlah volume dengan waktu yang sudah ditemukan dengan rumus debit air
...........................................................................................................................................................
Berapa lama waktu yang dibutuhkan Ani hingga sampai di saung
.......................................................................................................
Kesimpulan
Bandingkan hasil pengukuran debit pada percobaan A dan B, kesimpulan apa yang kalian peroleh?
Hasil pengukuran debit dari percobaan A atau B, manakah yang lebih cepat terisi air secara penuh?
Hasil pengukuran debit dari percobaan A dan B, siapakah yang akan lebih dulu tiba di saung?
Hasil pengukuran debit dari percobaan A dan B, tempat air manakah yang memiliki debit air paling besar?

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan pendahulan, kajian teoretik serta pembahasan tentang pendekatan inkuiri, pendekatan open ended dan pendekatan CTL serta contoh soal dan penyelesaiannya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Penggunakan pendekatan dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan. Guru sebagai fasilitator memiliki peranan penting dalam memilih pendekatan yang sesuai dengan siswa maupun dengan materi yang akan disajikan. Pada tingkat sekolah dasar, terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan berdasarkan karakteristik siswa yang realistik dan daya piker kritis yang tinggi, seperti pendekatan inquiry, pendekatan open ended dan pendekatan CTL.
Pendekatan inquiry dianggap cocok karena rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri penyelesaian suatu permasalahan. Pendekatan open ended dapat diterapkan karena pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan masalah yang dapat diselesaikan dengan beragam cara agar melatih siswa untuk berpikir terbuka, kreatif, dan kritis. Dan adapun pendekatan CTL sangat cocok untuk digunakan dalam pembelajaran matematika karena konsep belajar yang mempermudah guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran pun akan lebih menarik dan menyenangkan.
Saran
Sangat penting bagi seorang pendidik untuk memiliki kemampuan menciptakan suasana belajar yang kondusif, menyenangkan dan juga efektif. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, gunakan pendekatan yang sesuai dengan  menciptakan kondisi belajar yang mampu membuat siswa termotivasi, bersemangat, dan berperan aktif dalam proses belajar mengajar baik di dalam ataupun di luar kelas.
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penggunakan atau penerapan pendekatan dalam pembelajaran matematika, di antaranya, materi yang hendak disajikan, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dan kondisi baik siswa maupun tempat belajar. Oleh karena itu, jika pembelajaran efektif dan efisien yang hendak dicapai, maka guru dapat memilih pendekatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi. Tidak selalu terpaku pada satu pendekatan untuk satu materi saja.

Daftar Rujukan
Adela Sari,Depi. dkk. (2018). Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Materi Kubus Dengan Konteks Tahu di Kelas VIII. Journal of Dedicators Community UNISNU Jepara, Vol. 2 No.2 hlm. 110 - 112.
Agib, Z. (2015). Model-Model, Media Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Yrama Widya
Desriyanti, Restu. (2017). Model Pembelajaran Inkuiri. [Online]. Diakses dari https://restudesriyanti.wordpress.com/ pada tanggal 8 Februari 2019.
Hamalik, O. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.
Huda, Miftahul. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kusmaryono, Imam. (2013). Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Semarang: UNISSULA Press
Sitorus, Ramli. (2015). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) dalam  Penyelesaian Soal Cerita Matematika SD. School Education Journal PGSD FIP UNIMED, Vol. 3 No. 1 hlm. 57.
Suherman, Erman. Dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI
Sulistiyani, Erni. (2016). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Strategi Pembelajaran Inquiry pada Siswa Kelas V MI Asy-Syifa Pamulang Timur. Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta: UIN Syarif Hodayatullah.

Riwayat Hidup
Kami adalah mahasiswa UPI Kampus Purwakarta semester 6 yang sedang melakukan pendidikan S-1 pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Kami dari kelompok 2 kelas D dalam mata kuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika, dan Bu Dr. Hafiziani Eka Putri, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Email anggota kelompok yang dapat dihubungi: indadamayanti0@gmail.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mangga yang punya kritik atau saran tentang blog ini boleh di sampaikan...